Memikul tanggung jawab laki-laki dan perempuan di atas pundak secara bersamaan. Sampai batas tipis siapa harus melakukan apa, terlihat semakin tak kasat mata.
Ditambah telinga ini harus terus mendengar mulut-mulut sumbang yang hanya bisa bicara tanpa bertindak nyata.
Tak punya pilihan selain menghadapi sikap-sikap egois yang semakin lama semakin menjadi. Mulut yang terkunci kecuali untuk mencaci, hati yang tertutup kecuali untuk saling membenci. Tangan yang urung terlurur karena menahan gengsi.
Pandangannya terus menerus menatap masa lalu.
Kalau bisa berseteru, kenapa harus bersatu?
Kadang ingin mengeluh. Sudah capek sekali...
Terkadang terlintas di dada, kenapa rasanya kok makin berat saja.
Kadang ingin berlari menjauh dengan kencang juga seperti mereka, egois saja, jangan pernah menoleh ke belakang lagi...
Tapi nurani sering bertanya... Apa mau berkaca lalu melihat mereka sebagai pantulanmu?
No comments:
Post a Comment
Ayo dikomentarin... :)