Thursday, February 25, 2016

Muara Yang Sama...

Sepasang mata waktu itu memerangkapku, di bawah keindahan rintikan hujan yang tak kurasakan di atas sana.

Kata orang  rasa itu badai, tapi kubilang kalau ada yang lebih dahsyat dari badai, dapat kusebut apakah itu?

Aku memandang mata itu lagi, yang mengalihkan pandangannya pada kertas dingin tak bernyawa buku tua.
Seketika aku menyadarinya, bahwa perbedaan aku dan dia bukan hanya pada matanya dan rambutnya.

Aku penyuka astrologi, kamu penggemar astronomi.
Aku pemuja hujan, kamu berlindung dalam buaian payungmu.
Aku percaya bahwa gravitasi adalah segala hal yang menarikku padamu, kamu percaya bahwa gravitasi hanya kekuatan yang membuat kakimu bisa memijak tanah  dan penyebab keriput kulitmu.

Aku percaya cinta, yang melembutkan senyum,  menguatkan hati yang lemah. Aku percaya keajaiban, namun kamu bahkan tak paham artinya. Kita berbeda. Sangat berbeda.
 Kita adalah aliran sungai yang mengalir pada dua cabang  yang berbeda. Tapi bukankah laut akan menjadi muara yang mempertemukan kita? Matahari akan menguapkan kita dan menyatukan kita di udara?