Tuesday, April 26, 2022

🙃

 Pernah nggak sih, ngalamin perasaan nggak punya alasan untuk ngelanjutin hidup lagi? Rasanya terlalu sedih, terlalu kosong, terlalu hampa, terlalu sendiri... Nggak ada lagi harapan dan mimpi yang pengen diwujudkan. Nggak ada lagi yang bisa bikin semangat bangun pagi, melanjutkan hidup sampai lelah, lalu pulang untuk beristirahat... Nggak ada siapa-siapa lagi yang mau saya bikin bangga. 

Kalau mau ala-ala motivator, emang banyak yang bisa disyukuri. Tapi untuk saat ini, semua yang perlu disyukuri terasa seperti omong kosong aja.  Nggak tau kenapa nggak ada lagi yang terasa berharga, nggak ada yang bikin puas, dan bahagia. Bahkan untuk memunculkan rasa syukur sedikit saja udah nggak bisa. 

Semuanya terasa aneh. Dan terasa salah. Melanjutkan hari demi hari cuma karena badan masih sehat dan masih ada besok yang harus dilalui. 

Thursday, April 21, 2022

Jadi Manusia Purba

Rasanya udah capek jadi manusia modern. Harus mikirin orang lain, pasangan, rasa sakit, uang, pendidikan, masa depan, anggapan orang. Overthinking... memikirkan kemana manusia pergi setelah kematian? Apakah meninggal sama dengan tidur panjang tanpa mimpi? Apakah ada surga? Apakah ada neraka? Terlalu ribet.

Pikiran rasional, akal sehat, dan keinginan mencari tau dan mencari kebenaran sungguh sangat menyiksa. Sekali lagi, RIBET...

Paling enak emang jadi manusia purba aja sih. Hidup simpel, berpikir simpel. Cuma mikir untuk membedakan mana batu yang dapat digunakan untuk alat berburu dan mana yang tidak, mana binatang yang enak dimakan dan mana yang tidak. Mana pucuk tanaman yang enak dimakan atau buah-buahan yang enak dimakan atau tidak.

Pure instinct as a living creature.

Cloudy Mind...

Minggu lalu, saya mengalami patah hati terberat yang bisa dialami seorang anak perempuan; kehilangan sosok ayah untuk selamanya. Sejujurnya sampai sekarang rasanya masih bener-bener hampa. Saya masih belum bisa  memproses rasa sedihnya. Saya masih merasa sosoknya ada di rumah, menunggu saya pulang ke rumah setiap jam makan siang buat nyiapin makan siang. Dan tiap mau jam pulang kerja ada urgensi untuk cepat pulang karena harus menyiapkan makan malam dan kedatangan suster. Kebiasaan yang saya lakukan non-stop selama 6 bulan terakhir selama ayah saya terbaring sakit.

Hidup saya nggak bakalan sama lagi. Begini ya rasanya benar-benar merasa sendirian? Walaupun dulu bapak saya menghabiskan hampir sepanjang waktunya di rumah di masa pensiunnya, paling enggak saya tau ada satu orang yang sangat mencintai saya yang siap pasang badan dan mengarahkan saya kalo saya lagi tersesat. Walaupun sodara banyak... tapi rasanya nggak ada yang dapat saya andalkan...

Entah Tuhan benar ada atau tidak, jika ada... tolonglah... saya sudah capek diuji wkwkwk... kehilangan, ditinggalkan, kelelahan, kesedihan... kapan ujian ini akan berhenti?

Life is a Dark Comedy...