Sunday, March 29, 2015

Jogja Nggak Ada Matinya!

 Menjelajahi Indonesia emang nggak ada matinya, karena Indonesia punya banyak sekali destinasi wisata yang luar biasa!

Biasanya jangkauan travelling saya adalah pulau-pulau di sekitaran kota Batam seperti Sembulang dan penyengat atau kota kelahiran ayah ibu saya di Semarang atau Kediri. Tapi, November lalu, saya punya kesempatan untuk mengunjungi salah satu kota yang sangat terkenal di Indonesia, yaitu Jogjakarta. Kota ini memang jadi salah satu tempat yang pengen banget saya datangi. Saya penasaran banget sama suasana kota yang katanya "kota pelajar" dan "kota budaya" ini, terutama setelah saya mendapatkan oleh-oleh Bakpia super enak beberapa tahun lalu dari saudara saya yang kebetulan berasal dari Jogja, saya ketagihan bakpia Permirsah!

Ketika saya sampai di Jogja, destinasi pertama saya jelas Candi Borobudur! Walaupun letaknya sebenarnya di wilayah Magelang, tapi Borobudur adalah salah satu tujuan utama para pelancong Jogjakarta, tidak terkecuali saya yang kepengen melihat secara langsung megahnya salah satu warisan dunia yang sangat terkenal ini. 

Untuk masuk ke Borobudur, wisatawan diharuskan membeli tiket terlebih dahulu di loket. Biayanya sekitar Rp.30.000. Kita akan diberikan kartu yang harus kita kembalikan ketika kita akan pulang nanti.

penampakan kartunya

Memasuki Wilayah candi, kita akan diberikan sarung batik  yang wajib kita pakai selama kita berada di sana. Usut punya usut, sarung bermotif khusus ini digunakan sebagai upaya untuk melalukan "batiknisasi" alias pengenalan batik kepada masyarakat, terutama pengunjung candi Borobudur. Lucunya, katanya pemerintah Jogja seringkali kewalahan mengurusi masalah sarung-sarung yang sering hilang karena tidak dikembalikan oleh pengunjungnya. *Jangan sinis sama saya, sarungnya saya balikin kok!*

Selain candi, pemandangan yang ada di sekitarnya juga sangat indah. Karena daerah ini dekat dengan gunung Merapi. Alamnya masih terbilang cukup asri dengan pemandangan hijau dimana-mana dan udara yang cukup bersih.







Saya pakai sarung batiknya. Kelihatan kurusan ya kan?

Setelah capek foto-foto pemandangan sana-sini, saya mengunjungi tempat penjualan souvenir yang ada di sekitaran candi. Jadi, ada komplek khusus di kawasan candi Borobudur ini yang dijadikan semacam pasar yang digunakan masyarakat sekitar untuk menjual souvenir ataupun makanan dan minuman ringan kalau kita haus setelah melakukan perjalanan keliling candi. 

Karena waktu itu saya sudah dipalakin banyak orang yang minta oleh-oleh, sayapun memutuskan untuk membeli gantungan kunci dan gelang-gelang kayu yang dijual dengan harga miring. Jangan kaget ketika kita datang ke pasar ini, anda langsung didatangi oleh banyak penjual yang memohon-mohon barangnya dibeli. Tips dari saya untuk kalian yang mau belanja oleh-oleh dengan harga murah, jangan malu nawar pakai sadis! Awalnya saya dikasih harga Rp.3000 an per gantungan kunci, tapi saya dikasih tips oleh salah satu kenalan, kalau nawar barang, terutama souvenir harus lebih dari 50%. Jadi iseng saya bilang Rp.1000 aja ya satunya. Eh yang mengejutkan, penjualnya langsung bilang iya. Saya pun akhirnya jadi memborong sebesek penuh gelang-gelangan kayunan murah ini. Selain gelang dan gantungan kunci, di pasar ini juga dijual minatur candi  yang bisa dibeli dengan harga Rp. 10.000 (harga mati tawaran sadis saya) dan baju-baju batik dengan harga yang murah.


Setelah puas mengunjungi candi Borobudur, saya langsung menuju tempat wisata lain di Jogja, yaitu Sultan Palace alias Keraton Jogjakarta. Tempat tinggal Sri Sulan Hamengkubuwono ini adalah tempat yang sesuai untuk kalian yang ingin mengenal Jogjakarta juga.

Untuk masuk ke keraton, kita akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp. 5000. Kalau kita ingin mengambil foto dengan gadget/kamera, kita harus membayar Rp. 1000 lagi tiap kamera. Disamaratakan harganya baik yang menggunakan kamera HP biasa ataupun DSLR dan nanti tiket tambahan untuk bayar kameranya ini harus ditempel/digantung di kamera kita.



Keraton
Menjelajahi Keraton sebenarnya tidak beda jauh dengan mengunjungi museum. Kita akan diajak berkeliling melihat-lihat benda bersejarah di kota ini seperti kamera-kamera lama, wayang, dan tentu saja batik yang dipajang di banyak ruangan! Sayangnya ada beberapa spot di Keraton yang dikeramatkan, jadi tidak boleh diambil fotonya. Salah satu tempat yang dikeramatkan tersebut adalah Museum Batik. Tapi yang membuat saya penasaran dengan museum batik bukan hanya koleksi batik asli nan bersejarah yang dipajang di sana-sini, tapi juga adanya sebuah sumur yang dipenuhi banyak koin. 

Karena penasaran, saya pun bertanya kepada Abdi Ndalem yang kebetulan berjaga di museum tersebut, katanya, sumur tersebut sebenarnya berada di luar. Tapi karena diadakan perluasan bangunan keraton, maka akhirnya sumur tersebut berada di dalam gedung. Namun budaya Jawa melarang kita untuk menutup sumur karena diibartkan sebagai penutup rejeki, makanya sumur di dalam museum tersebut dibiarkan terbuka dan hanya di beri kawat sebagai pembatas. Nah kenapa banyak koin di dalamnya? Kata si Abdi, banyak pengunjung yang percaya kalau kita melemparkan uang koin ke dalam sumur maka rejeki kita akan lancar. Tentu saja, itu cuma mitos. Makanya keraton melarang pengunjung untuk melemparkan koin ke dalam sumur.



Untuk masalah makan, kemanapun kita pergi, rasanya nggak lengkap kalau tidak mencoba makanan khas dari daerah tersebut. Kalau untuk gudeg, kita bisa menemukannya di mana saja di Jogja, mulai dari pinggir-pinggir jalan sampai restoran yang menyediakan Gudeg. Selain Gudeg, makanan yang nggak kalah terkenal adalah Bakpia. Di Jogja, Bakpia yang paling dikenal adalah Bakpia Pathuk. Penasaran kenapa namanya Pathuk? Saya diajak berkunjung oleh supir mobil sewaan untuk mengunjungi sebuah daerah bernama Pathuk yang ternyata merupakan markasnya para pembuat bakpia. Jadi Bakpia Pathuk itu diambil dari nama tempat di Jogja.

bakpia
Sebenarnya, masih banyak tempat wisata lain di Jogja yang ingin saya kunjungi. Tapi saya cuma punya waktu terbatas waktu itu. Hehehe Tapi yang jelas rasanya saya nggak pengen pergi dari Jogja. Satu hal yang paling membuat saya terpesona adalah keramah tamahan warganya, kotanya yang lumayan bersih dan budaya yang masih terpelihara dengan baik. Selain itu, Jogjakarta juga membuka mata saya, bahwa Indonesia sangat luar biasa! Ndeleng maneh, Jogjakarta! :)

Jurnal ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dan nulisbuku.com #MenikmatiHidup #TiketBaliGratis

1 comment:

  1. Hihihi. Sejak SD, SMP, bahkan SMA, tiap kali study tour emang selalu ke Jogja. Betul, Jogja gak ada matinya XD
    Mampir di tulisanku ya, pengalaman sehari di gunung bromo bersama teman-teman TF-SCALE dari Indonesia & Singapura ^^
    chalwoo

    ReplyDelete

Ayo dikomentarin... :)