Ada seorang cewek, sebut saja namanya Bunga. Bunga ini
adalah seorang mahasiswa jurusan Informatika semester dua yang masih labil,
masih agak alay dan masih lebay. Labil karena Bunga seringkali bingung dengan
apa yang harus dilakukannya sebagai seorang manusia. Misalnya Bunga pengen
banget diet supaya berat badannya jadi lebih proporsional, tapi sering banget
pura-pura lupa kalau lagi diet supaya bisa ngemil cokelat malem-malem. Agak
alay karena masih sering bikin status Facebook pake tulisan g3dhe-KeChil, dan
lebay karena masih belum bisa meletakkan dirinya di bawah kontrol. Misalnya pas
lagi patah hati, Bunga bakalan dengerin lagu sedih melulu dari pagi sampai pagi
lagi. Kalau dengerinnya pake headset nggak pa-pa juga, tapi terkadang Bunga
lebih suka dengerin musik pake sound system anyar bokapnya hingga membuat
tetangga-tetangganya dendam tujuh turunan.
Dan kini... Bunga si Labil, Alay dan Lebay sedang
jatuh cinta. Lelaki itu, sebut saja bernama Kaktus. Pertemuan mereka pertama
kali terjadi di salah satu acara seminar kampus. Kaktus bukanlah lelaki
sempurna. Dia bukan Edward Cullen yang bisa ngajak Bunga lari-lari di hutan
dengan kecepatan tinggi tanpa harus nabrak pohon. Dia juga bukan Harry Potter
yang bisa memberikan apa saja pada Bunga dengan kekuatan sihirnya. Tapi dia,
adalah seorang Kaktus. Kaktus adalah Kaktus. Dia adalah dirinya sendiri.
Dari tampang, Kaktus standard. Tidak bisa dibilang
tampan atau kurang tampan. Dari segi materi, dia pun bukan anak pengusaha batu
bara yang duitnya unlimited, juga bukanlah anak yang kekurangan sampai harus
bela-belain banting tulang untuk bayar uang kuliahnya sendiri. Intinya : dari
sisi manapun Kaktus adalah orang yang standard.
Tak ada yang luar biasa dari Kaktus. Tapi sejak
mengenal Kaktus, Bunga jadi bisa merubah prospeknya mengenai pria idamannya.
Bagi Bunga, sejak mengenal Kaktus, pria idaman tak hanya sekedar pria sempurna
seperti di novel-novel teenlit : cool, anak basket, ketua osis, bawa mobil
sport, pake sepatu Nike dan digilai banyak cewek. Pria idamannnya entah mengapa
adalah pria seperti Kaktus saat ini. Tak perlu sempurna, yang penting bisa
merasuk dalam mimpi-mimpi indahnya setiap malam dan membuat jantungnya
senantiasa berdebar-debar karena mendamba.
Walaupun mereka jarang mengobrol, Bunga bisa merasakan
di setiap kesempatan langka itu, obrolan mereka nyambung. Dan walaupun jarang
bertemu, Bunga bisa merasakan di setiap kesempatan langka itu, pertemuan mereka
selalu memberikan kenangan yang indah untuk dikenang.
Setelah bertemu Kaktus beberapa minggu lalu, Bunga
menyadari bahwa kepribadian seseorang itu jauuuh lebih berharga daripada
tampang dan harta. Bunga seneng banget pas dapet pin BB-nya Kaktus. Setiap
menit dia mantengin Recent Update berharap kalau ada update terbaru dari
Kaktus. Setiap hari, Bunga harap-harap cemas dan berdoa semoga sekali-sekali
Kaktus BBM dia duluan. Tapi yaah... Harapan sia-sia. Memang, Bunga menemukan
kecocokan diantara mereka berdua. Tapi entah mengapa Bunga merasa kehilangan
harapan karena
Suatu hari, Bunga yang jatuh cinta diam-diam, harus benar-bener merasakan rasa
sakitnya jatuh yang sesungguhnya setelah sebelumnya rasa jatuh itu tak terasa
karena pengaruh hormon cinta.
Pelan-pelan, cinta mulai menunjukkan sisi
antagonisnya. Dia memperlihatkan kepada Bunga bagaimana cinta itu tak selamanya
indah. Ada dua sisi cinta, kini Bunga menyadari, yaitu bright side dan dark
side. Bright side adalah ketika kita pertama kali jatuh cinta, ketika cinta
kita berbalas, ketika kita bisa duduk berduaan di pinggir laut sambil mantengin
bintang-bintang jatuh. Ya. Bright side. Dunia akan terasa indah, cerah dan
bersahabat.
Sedangkan dark side adalah ketika kita menyadari bahwa
cinta kita tak punya harapan. Seseorang yang membuat kita jatuh cinta ternyata
jatuh cinta juga, tapi pada orang lain. Atau ketika cinta itu sebenernya ada
harapan, namun harapan itu padam seketika karena alasan-alasan yang tak bisa
disangkal.
Yah... Cinta menunjukkan kepada Bunga dark side dari
perasaannya ketika seorang wanita- sebut saja Kamboja - mengatakan pada Bunga
bahwa ia juga jatuh cinta dengan Kaktus. Salahku sendiri, Bunga selalu
menyalahkan dirinya sendiri karena selama ini memendam perasaannya pada Kaktus
sendirian. Jadi Bunga merasa serba salah. Ia tak mungkin melanjutkan
perasaannya pada Kaktus ketika ia tau bagaimana perasaan Kamboja pada Kaktus.
Membiarkan perasaannya berlanjut berarti berkhianat menurut Bunga, walaupun
hatinya menyangkal, karena untuk mundur pun hatinya sudah terlalu sulit untuk
diajak bekerja sama.
Kini, Bunga melihat bahwa Kamboja bergerak cepat.
Kaktus dan Kamboja menjadi dekat. Dan Bunga kehilangan harapannya bahwa
perasaannya akan berbalas.
Bunga kini hanya bisa berpura-pura tak jatuh cinta,
memendam perasaannya lewat canda dan tawanya, berusaha sembunyikan perasaan dan
debar jantungnya saat Kaktus mengajaknya berbicara. Berharap dalam hati pada
masanya kelak, debar jantung yang menggila itu akan menurunkan ritmenya.
Bunga kini hanya bisa berpura-pura tak jatuh cinta,
memendam perasaan lewat saran dan semangatnya, saat Kamboja berbicara tentang
Kaktus kepadanya. Berharap, pada masanya kelak, cerita indah Kamboja dan Kaktus
tak lagi membuatnya patah hati.
Dan kini, walaupun sulit, Bunga berusaha untuk mencari
Kaktus yang lain. Seseorang yang dapat Bunga cintai hanya dengan menjadi
dirinya sendiri, seseorang yang membuatnya nyaman dan seseorang yang tak hanya
berinya harapan tapi juga membuat mereka memiliki sebuah harapan yang sama yang
akan mereka wujudkan bersama-sama...