Beberapa waktu ini pikiran lagi ruwet banget. Kerjaan lagi banyak masalah, tapi alhamdulillah satu per satu masalahnya udah mulai kelar dan dikasih jalan keluar.
Selain itu, hati juga lagi berantakan karena ngerasain lagi yang namanya patah hati. Sedih dan kecewa sih. Nggak cuma kehilangan orang yang kuanggep bakalan jadi temen hidup, tapi juga salah satu sahabat yang udah lama banget ada di hidupku.
Cuma ya gitu. Baru kali ini aku bisa sadar, bahwa kita nggak bisa memaksakan perasaan. Dua tahunan lalu kita pernah punya hubungan spesial, udah ngerencanain masa depan bareng. Pokoknya kayak semuanya bakalan indah aja di kepalaku. Tapi waktu itu semua harus berakhir. Setelah melalui ups and down di kehidupan masing-masing selama berpisah, akhirnya kita coba lagi tahun ini dengan berusaha memperbaiki diri kita supaya jadi lebih baik untuk satu sama lain. Tapi ternyata... masih nggak berhasil juga.
Mungkin kami punya visi dan misi yang berbeda. Mungkin kami sama-sama belum dewasa. Mungkin kita melihat segala sesuatu dengan kacamata yang nggak sama. Mungkin kami nggak bisa memahami satu sama lain.
Aku nyaman dengan kebersamaan tapi mungkin dia lebih suka sendirian.
Mungkin kami menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda juga. Aku selalu cari validasi dan pendapat dari luar soal masalahku, tapi mungkin dia lebih suka memendam masalahnya sendirian.
Mungkin dia terlalu suka kebebasan, sedangkan aku overthingking dan cemburuan.
Atau mungkin kami terlalu dekat... karena kalau tidak dekat tidak mungkin bisa saling menyakiti. Terlalu dekat sampai nggak ada kata maaf ketika saling berbuat salah, terlalu dekat sampai nggak ada terima kasih ketika saling memberi. Terlalu dekat sampai berpikir bahwa satu sama lain seharusnya bisa saling mengerti tanpa komunikasi.
Ketidak cocokan ini membuatku merasa nggak dihargai, dan nggak disayangi, aku merasa dia ragu dengan keberadaanku di hidupnya, dengan ketidak sempurnaanku.
Lucu sih... karena sebelum aku ngerasain hal yang aneh, kita berdua habis nonton Noktah Merah Perkawinan. Kayak tiba-tiba aja kejadian di film itu langsung kejadian beneran hehehe...
Tapi ya udah. Emang paling bener kita nggak berharap terlalu banyak pada manusia. Kehilangan orang yang kita sayang, partner, sahabat, emang nggak pernah mudah. Tapi at the end memang kita harus lebih mencoba menghargai diri sendiri. Mencoba move on. Dan yakin di balik penantian dan kesedihan ini Tuhan sudah siapkan rencana yang lebih baik.
Mungkin ini cara Tuhan menegur supaya aku lebih sayang diri sendiri kalau mau disayangi oleh orang lain.
Mungkin ini cara Tuhan memberitahu supaya aku lebih menghargai diri sendiri kalau mau dihargai oleh orang lain.
Mungkin ini cara Tuhan memberikan kebahagiaan di masa depan karena tanpa ruang kosong, berarti tidak ada lagi tempat untuk diisi dengan sesuatu yang lebih baik.
Pada akhirnya, jodoh yang terbaik, ada di luar kekuasaanku. Berserah, berpasrah. Cuma yakin bahwa yang terbaik akan segera datang. Entah dalam waktu singkat maupun lambat. Yang siap, yang bisa diandalkan, yang tidak diliputi keraguan...
Untuk pertama kalinya dalam dua tahun ini...
Walau berat, tapi aku ikhlas...