Sunday, July 24, 2016

Poligami? Cari Referensinya Dalam Surga Yang Kedua

Sebenarnya, saya udah jarang banget nonton TV, apalagi sampai mengikuti sinetron tertentu. Tapi suatu ketika saya tidak sengaja menonton salah satu episode dari sinetron Surga Yang Kedua, dan ajaibnya, setelahnya saya "ketagihan" nonton episode-episode berikutnya.

Film ini mengangkat cerita lika-liku rumah tangga. Di antara berserakannya sinetron-sinetron anak SMA belakangan ini, Surga Yang Kedua memang jadi oase tersendiri mengingat temanya yang "ibu-ibu" banget. Lebih unik lagi, tema poligami berani dipilih diantara pro dan kontra yang masih bersliweran mengenai poligami itu sendiri.

Biar gak kehilangan arah, beginilah kira-kira sinopsis dari sinetron Surga Yang Kedua :


Doni dan Sabrina sudah menikah lama, namun Sabrina tidak kunjung bisa memberikan Doni anak. Kata dokter, setiap Sabrina hamil dan janin yang dikandungnya memiliki golongan darah yang berbeda dengannya, janin tersebut tidak akan selamat. Sementara itu, Bunda Sania aka ibu Doni, terus-menerus mendesak agar Doni memiliki anak laki-laki agar dapat mewarisi kekayaan keluarga, justru meminta Doni menikahi wanita lain agar bisa memiliki anak. Sabrina yang mendengar berita ini sedih dan kalut dan menyebabkan dirinya mengalami kecelakaan ketika menyetir hingga akhirnya koma. Keadaan Sabrina yang kritis membuat Doni putus asa, namun Bunda Sania merasa bahwa saat itulah waktu yang tepat untuk Doni menikah lagi. Disaat itulah, saat istrinya koma, Doni menikah lagi dengan Vani, sahabatnya dan sahabat Sabrina ketika kuliah. Ajaibnya, tak lama kemudian Sabrina terbangun dari koma dan harus menerima kenyataan pahit bahwa suaminya menikah lagi. Drama rumah tangga tentang seorang suami yang memiliki dua istri dengan kehidupan rumah tangga yang terus-menerus dicampuri oleh ibu mertuapun dimulai...

Menarik kan?
Saya adalah salah satu orang yang tidak setuju dengan konsep poligami. Walaupun dalam agama saya membolehkan, terlepas dari hal itu bisakah kita membayangkan perasaan seorang istri ketika suaminya menikah lagi? Sakit, hancur, perih, kecewa, marah, merasa dikhianati, merasa dibohongi, merasa tidak berguna, terpuruk dan sebagainya.

Rasulullah menikah dengan 9 wanita dengan pertimbangan kemanusiaan (mengangkat derajat wanita yang pada zaman itu tidak dihargai jika berstatus janda, budak dan tananan perang), dan urusan dakwah. Dalam Islam, wahyu poligami pun sudah diturunkan dalam
Surat An Nisa’: 3:

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تُقْسِطُواْ فِي الْيَتَامَى فَانكِحُواْ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَاء مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُواْ فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّ تَعُولُواْ

“Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja.” [QS. An-Nisa’: 3].

Seorang pria dihalalkan untuk menikahi 1, 2 hingga 4 istri dengan syarat dapat berlaku adil. Jika tidak, maka beristrilah 1 saja. Poligami pun diberbolehkan (berdasarkan berbagai pendapat), dengan alasan, pria memiliki hasrat yang besar dan ada kemungkinan tidak dapat dipuaskan oleh 1 orang wanita saja, istri pertamanya tidak dapat memberikan keturunan, menghindari zina, istri pertamanya sakit/lansia dst.

Tapi betulkah seorang pria bisa berlaku adil?

وَلَن تَسْتَطِيعُواْ أَن تَعْدِلُواْ بَيْنَ النِّسَاء وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلاَ تَمِيلُواْ كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِن تُصْلِحُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ اللّهَ كَانَ غَفُوراً رَّحِيماً

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. An-Nisa’: 129].

Pro dan kontra poligami bahkan terjadi diantara para ulama. Adil tidak hanya sekedar urusan menafkahi istri-istri, namun juga mengenai perasaan yang diberikan kepada setiap istri. Hati manusia siapa yang bisa mengatur secara pasti? Ketidak adilan pasti terjadi, seberapapun inginnya seseorang untuk berlaku adil.

Back to the sinetron Surga Yang Kedua, yang bisa jadikan gambaran kehidupan rumah tangga yang kedua bagi saya ada beberapa point sepajang ini :

1. Doni dikisahkan sebagai pria yang sangat baik prilakunya, lembut tutur katanya dan sangat mencintai keluarganya. Di sinetron ini, Vani dikisahkan sebagai istri kedua yang penuh iri dan jahat. Tapi wajarkan? Jika menonton dari awal, pemirsa bisa melihat bahwa Doni tidak sepenuhnya adil. Ia selalu menyempatkan diri menemani Sabrina kemana-mana, menyempatkan waktu bersama Sabrina setiap hari dan tidur bersama Sabrina, sedangkan Vani sering diabaikan (secara halus) bahkan dalam keadaan hamil. Vani sering kepergok mengintip Doni dan Sabrina berduaan dan dalam hati bergumam seandainya Doni bisa memperlakukan dirinya sama dengan ketika ia memperlakukan Sabrina. Poinnya, walaupun Doni menikahi Vani karena ada paksaan dari orang tuanya, tetap saja, dia sudah menerima Vani sebagai istrinya. Ia harus bersikap adil, kalau tidak mau begitu, selalu ada kesempatan berkata "Tidak" sedari awal. eaaak

2. Sabrina dikisahkan sebagai wanita solehah yang menghargai dan mencintai suaminya. Bahkan pada akhirnya ia ikhlas menerima kenyataan bahwa suaminya menikah lagi dan ia harus tinggal seatap dengan istri kedua suaminya. Tapi baru kemarin (episode yang menginspirasi bikin postingan ini lol), Sabrina ingin membantu Aryo, mantan pacar Vani untuk mempersatukan Aryo dan Vani. Dari percakapan dan gesture, kebanyakan pasti menganggap Sabrina ini sangat baiiik sekali. Tapi whats the point dari adegan ini? Sabrina mendukung Aryo bersatu dengan Vani, sedangkan Vani istri kedua suaminya. Itu artinya ia mendukung perpisahaan Doni dan Vani, padahal Vani sedang mengandung anak Doni.

So kesimpulan saya dari film ini, adil bagi pihak suami dan nrimo bagi pihak istri (baik pertama atau kedua atau ketiga atau keempat) adalah hal yang teramat sulit.

Sedangkan pandangan pribadi saya mengenai poligami betul-betul murni karena tak bisa membayangkan betapa sakit hatinya seorang wanita yang suaminya menikah lagi (salahkan betapa romantisnya saya berpikir, jadi poligami betul-betul diluar radar), terlepas dari surga yang dijanjikan Allah SWT pada istri-istri yang ikhlas dipoligami dan pertentangan antara menerima atau menolak  wahyu-Nya. Dan para pria, posisikan dirimu pada posisi jika istri yang kalian cintai ternyata menaruh hati terhadap laki-laki lain, sampai disitu saja, tak usah dibayangkan sampai poliandri :p

Selain alasan barusan, keadaan dimana derajat wanita sangat rendah sudah tidak relevan lagi saat ini (jika mengingat sebab poligami untuk menaikkan derajat istri muda), karena saat ini wanita sudah mempunyai derajat yang baik di mata masyarakat dunia dan memiliki hak yang sama untuk menempuh pendidikan tinggi, menyuarakan pendapat, bekerja di bidang-bidang yang dahulunya hanya diperuntukkan untuk laki-laki, bahkan menjadi pemimpin sebuah negara. Para wanita cenderung menolak terjadinya perceraian biasanya karena sudah 'kadung' memikirkan anak, tidak memiliki penghasilan hingga bergantung sepenuhnya pada suami, berdosa, hingga betul-betul mencintai suaminya hingga tak kuasa menolak keputusan tersebut.

Jadi, bagi saya lebih baik sama-sama menjaga kesetiaan dan perasaanlah. Memiliki itu mudah, mempertahankannya yang sulit. Selain itu, mendua sudah terlalu mainstream... Jadi kenapa nggak setia aja? It's true love eaaak 💖💖💖